Adrien Rabiot Mengkritik Presiden PSG: Tidak Bisa Membeli Kelas

Gelandang Marseille Adrien Rabiot mengkritik presiden Paris Saint-Germain (PSG), Nasser Al-Khelaifi menyusul kekalahan 3-1 timnya atas pemuncak klasemen Ligue 1 tersebut pada hari Minggu, dengan menulis di media sosial bahwa “Anda tidak dapat membeli kelas.”

Adrien Rabiot Mengkritik Presiden PSG: Tidak Bisa Membeli Kelas

Pertandingan itu dirusak oleh nyanyian anti-gay dan cercaan rasis dari penggemar PSG yang menargetkan Marseille dan khususnya Rabiot, yang kembali ke mantan timnya dengan sambutan yang tidak bersahabat. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi mengenai sepak bola menarik lainnya hanya klik PSG INT.

tebak skor hadiah pulsa 100k  

Sindiran Pedas Rabiot untuk Presiden PSG

Adrien Rabiot, mantan pemain PSG yang sekarang membela Marseille, baru-baru ini melontarkan kritik pedas kepada presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi. Kritik ini muncul setelah Marseille kalah 3-1 dari PSG dalam pertandingan Ligue 1. Rabiot menyindir bahwa uang memang bisa membeli banyak hal, tapi tidak bisa membeli “kelas”.

Sindiran ini ditulis Rabiot di media sosial, sebagai respons atas perlakuan kurang menyenangkan yang ia terima dari fans PSG. Bukan cuma Rabiot, ibunya pun ikut menjadi sasaran hinaan. Rabiot merasa sangat kecewa dengan kejadian ini, apalagi ia pernah menjadi bagian penting dari PSG selama bertahun-tahun.

Keputusan Rabiot untuk bergabung dengan Marseille setelah meninggalkan Juventus memang dianggap sebagai pengkhianatan oleh sebagian fans PSG. Mereka mungkin merasa sakit hati dan melampiaskan kekesalan dengan cara yang kurang pantas.

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Rasisme dan Hinaan Mewarnai Pertandingan

Pertandingan antara PSG dan Marseille tidak hanya diwarnai dengan kekalahan tim tamu, tapi juga dengan nyanyian rasis dan hinaan yang ditujukan kepada pemain Marseille, termasuk Rabiot. Fans PSG terdengar meneriakkan yel-yel anti-gay dan rasis selama pertandingan berlangsung.

Ibu Rabiot, Véronique, yang juga bertindak sebagai agennya, berencana melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib. Ia merasa tidak terima dengan hinaan yang ditujukan kepada dirinya dan putranya. Véronique juga mempertanyakan kenapa pertandingan tidak dihentikan saat hinaan-hinaan itu terjadi.

Padahal, wasit sebenarnya punya wewenang untuk menghentikan pertandingan jika ada nyanyian anti-gay atau rasis di stadion. Namun, wasit Clement Turpin, yang memimpin pertandingan tersebut, memilih untuk tidak menghentikan pertandingan meskipun insiden itu terjadi berulang kali.

Baca Juga: Rumor Christopher Nkunku Balik ke PSG

Reaksi Keras dari Berbagai Pihak

Setelah pertandingan usai, banyak pihak yang mengecam tindakan rasis dan hinaan yang dilakukan oleh fans PSG. Salah satunya adalah kelompok kampanye Prancis yang meminta pihak berwajib untuk menghukum nyanyian diskriminatif tersebut.

Kelompok bernama Rouge Direct juga mendesak para menteri olahraga, dalam negeri, dan kehakiman, serta pejabat dari federasi dan liga sepak bola Prancis, untuk menindak tegas kasus ini. Mereka ingin memastikan bahwa nyanyian ilegal seperti ini tidak lagi terjadi di kemudian hari.

Rouge Direct bahkan mengunggah rekaman video di media sosial yang memperlihatkan fans PSG meneriakkan yel-yel dan hinaan terhadap Marseille. Salah satu lirik lagu mereka membandingkan rival mereka dengan “tikus”, yang bisa diartikan sebagai hinaan rasis terhadap minoritas Arab di Marseille.

Bukan Kejadian Pertama di Sepak Bola Prancis

Sayangnya, kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di sepak bola Prancis. Hinaan anti-gay sering terdengar di pertandingan Ligue 1 dan seolah dibiarkan begitu saja oleh pejabat klub.

Pada tahun 2019, setelah pertandingan antara PSG dan Marseille, liga sepak bola Prancis meluncurkan rencana aksi untuk mengatasi masalah ini. Mereka menyediakan wadah bagi penonton untuk melaporkan insiden seksis, homofobik, atau rasis yang mereka saksikan.

Klub-klub Prancis yang terbukti melakukan pelanggaran serupa telah dikenai sanksi berupa denda dan penutupan tribun. Pemerintah Prancis juga menetapkan hukuman penjara hingga satu tahun dan denda sebesar €45.000 bagi pelaku penghinaan anti-gay di depan umum. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola terupdate lainnya hanya dengan klik psgint.com.