PSG berada di ambang eliminasi dari Liga Champions untuk musim ini, tetapi masalah yang lebih dalam tampaknya sudah lama menghantui mereka.
PSG harus menghadapi kenyataan pahit bahwa mereka belum mampu merealisasikan ambisi besar mereka di Eropa. Untuk dapat memenangkan Liga Champions di masa depan, PSG harus mengatasi masalah ini dan membangun fondasi yang lebih kokoh dan stabil baik di dalam maupun di luar lapangan. Dibawah ini PSG INT akan memberikan informasi menarik yang wajib anda ketahui.
Awal Musim Yang Menjanjikan, Namun Terlalu Cepat Terpuruk
PSG memulai musim 2023-2024 dengan harapan tinggi. Dengan Kylian Mbappé yang memimpin lini depan, didukung oleh pemain-pemain bintang baru seperti Ousmane Dembélé, Marco Asensio, dan Lucien Favre di lini tengah, tim ini tampak sangat menjanjikan. Luis Enrique, yang bergabung sebagai pelatih, dipandang sebagai sosok yang mampu membawa PSG ke level berikutnya dengan filosofi permainan yang mengedepankan penguasaan bola dan penyerangan efektif.
Namun, meskipun banyaknya talenta di dalam tim, PSG mulai mengalami masalah sejak awal kompetisi. Pada fase grup, PSG tergabung dalam grup yang cukup sulit bersama tim-tim seperti Newcastle United, AC Milan, dan Borussia Dortmund. Walaupun mereka masih dianggap sebagai favorit untuk lolos ke babak gugur, beberapa hasil mengecewakan, terutama di kandang sendiri, membuat mereka harus berjuang keras untuk meraih tiket ke 16 besar.
Kekalahan mengejutkan dari Newcastle United di Parc des Princes dengan skor 2-1 adalah titik balik yang meruntuhkan kepercayaan diri tim. Tidak hanya itu, PSG juga harus menerima hasil imbang melawan AC Milan dan mengalami kesulitan dalam menghadapi Borussia Dortmund yang juga berambisi melaju jauh di kompetisi ini. Dengan hanya beberapa pertandingan tersisa, PSG kini berada dalam posisi yang sangat rentan untuk tersingkir di fase grup, sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan bagi mereka yang selalu mengincar trofi Liga Champions.
Masalah Mentalitas Mengapa PSG Tidak Bisa Mengatasi Tekanan?
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi PSG dalam beberapa tahun terakhir adalah mentalitas tim. Meskipun memiliki beberapa pemain terbaik di dunia, PSG sering kali gagal mengatasi tekanan dalam pertandingan-pertandingan besar di Liga Champions. Momen-momen krusial, terutama di babak-babak gugur, selalu menjadi hambatan besar bagi PSG.
Pada musim-musim sebelumnya, seperti pada 2017 dan 2021, PSG telah menunjukkan kemampuan luar biasa di fase grup dan babak 16 besar, tetapi ketika tiba waktunya untuk melangkah ke babak perempat final atau lebih jauh, mereka selalu jatuh. Pada 2017, misalnya, mereka mengalami comeback historis oleh Barcelona yang membalikkan agregat 4-0 di leg pertama menjadi kemenangan 6-5 di leg kedua.
Kegagalan seperti ini mengindikasikan bahwa PSG tidak hanya kurang dalam aspek teknis, tetapi juga dalam aspek mentalitas. Kepercayaan diri yang rapuh dan ketegangan yang terjadi dalam laga-laga penting tampaknya terus mengganggu performa mereka. Para pemain bintang seperti Neymar, Messi, dan Mbappé sering kali tidak mampu tampil maksimal saat pertandingan menuntut lebih banyak dari mereka.
Baca Juga: Tanpa Mbappé, PSG Justru Lebih Solid, Kata Legenda Timnas Prancis
Pelatih Luis Enrique Filosofi Yang Belum Diterima Tim
Luis Enrique datang ke PSG pada awal musim dengan harapan besar. Pelatih asal Spanyol ini dikenal dengan filosofi permainan menyerang dan penguasaan bola yang atraktif, yang seharusnya menjadi solusi bagi masalah PSG di Liga Champions. Namun, implementasi filosofi Enrique tampaknya masih belum sepenuhnya berjalan sesuai rencana.
Meskipun tim ini memiliki banyak talenta menyerang, seperti Mbappé dan Dembélé, filosofi penguasaan bola yang diterapkan Enrique kadang-kadang membuat PSG terlalu terbuka dalam bertahan, memicu rentan terhadap serangan balik tim lawan. Keputusan taktis seperti terlalu menekan untuk menyerang tanpa keseimbangan yang tepat di lini belakang membuat pertahanan PSG sering kali mudah ditembus.
Selain itu, ketergantungan pada bintang-bintang individual juga menjadi masalah. PSG terlalu bergantung pada kemampuan individual pemain bintang mereka, terutama Mbappé, yang meskipun luar biasa, terkadang tidak cukup untuk mengatasi tim-tim yang lebih terorganisir dan kompak. Neymar dan Messi, yang pernah menjadi pilar serangan utama, kini juga tidak lagi berada dalam puncak performa mereka, menambah kerumitan bagi pelatih yang berusaha menemukan keseimbangan tim.
Kegagalan Kolektif Ketidakharmonisan Antarpemain
Selain masalah taktis dan mentalitas, PSG juga tampaknya menghadapi masalah harmoni tim yang menyebabkan performa mereka terganggu. Meskipun skuat PSG penuh dengan pemain bintang, ketidakharmonisan di ruang ganti sering kali terlihat jelas. Hubungan antar pemain yang tidak selalu mulus bisa menjadi faktor yang mengganggu kinerja tim di lapangan.
Pada beberapa kesempatan, ego dan perbedaan gaya bermain antar pemain tampak menjadi penghalang. Pemain seperti Mbappé, yang cenderung berperan sebagai pemain kunci dan sering menjadi pusat serangan, mungkin tidak selalu berada dalam pemahaman yang sama dengan rekan-rekannya.
Selain itu, kehadiran pemain seperti Neymar yang lebih dominan dalam permainan individu. Juga dapat menciptakan ketegangan di antara anggota tim lainnya yang lebih memilih pendekatan tim yang lebih kolektif. Ketika tekanan tinggi, kurangnya soliditas tim dan komunikasi yang buruk di lapangan hanya memperburuk situasi. Hal ini terbukti dalam beberapa pertandingan besar di Liga Champions, di mana PSG gagal menampilkan permainan kolektif yang solid.
Krisis Pengelolaan Klub Terlalu Banyak Pergantian Pelatih
Satu masalah mendalam yang tak dapat dipungkiri di PSG adalah ketidakstabilan manajemen klub yang tercermin dalam serangkaian pergantian pelatih. Sejak Carlo Ancelotti meninggalkan klub pada 2013, PSG telah mengganti pelatih mereka hampir setiap dua tahun sekali. Unai Emery, Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, dan terakhir Christophe Galtier semuanya gagal membawa PSG ke trofi Liga Champions.
Luis Enrique diharapkan menjadi pelatih yang dapat memberi PSG filosofi yang lebih jelas dan sistem permainan yang lebih terorganisir. Namun, ketidakkonsistenan dalam kebijakan manajerial, ditambah dengan tekanan internal untuk memenangkan Liga Champions, sering kali membuat pekerjaan pelatih semakin sulit. Tidak jarang, keputusan-keputusan pengelolaan yang cepat dan tidak terencana dapat menciptakan ketidakpastian dalam skuad dan di ruang ganti.
Stabilitas manajerial yang lebih baik dan kesabaran lebih dari pihak manajemen adalah hal yang sangat. Dibutuhkan oleh PSG agar bisa memiliki kesempatan nyata untuk menjuarai Liga Champions.
Apa Yang Harus Dilakukan PSG Untuk Bangkit?
Jika PSG ingin menghindari eliminasi dan kembali ke jalur kemenangan, beberapa langkah penting harus diambil:
- Konsistensi dan Kepercayaan pada Pelatih: PSG perlu memberi waktu lebih lama bagi Luis Enrique untuk. Menanamkan filosofi bermainnya dalam tim dan menciptakan keseimbangan antara serangan dan pertahanan.
- Membangun Mentalitas Tim: PSG harus fokus pada pengembangan mentalitas juara di dalam tim, dengan menekankan. Kerja sama tim dan bukan hanya kekuatan individu.
- Stabilitas Pemain: Klub juga perlu membuat skuat lebih kompak, mengurangi ketergantungan pada beberapa. Pemain bintang dan lebih menekankan pada tim yang saling bekerja sama.
- Pengelolaan Klub yang Lebih Baik: Perubahan kebijakan manajerial dan pendekatan yang lebih. Stabil terhadap perekrutan pemain dan pemilihan pelatih akan sangat penting dalam jangka panjang.
Kesimpulan
PSG kini menghadapi krisis besar di Liga Champions, terancam tersingkir lebih awal meski memiliki skuat bintang yang mengesankan. Beberapa faktor telah berkontribusi pada kegagalan mereka, mulai dari masalah mentalitas tim, ketidakkonsistenan performa, hingga kesulitan. Dalam mengimplementasikan filosofi permainan Luis Enrique.
Ketergantungan pada pemain bintang seperti Kylian Mbappé dan Ousmane Dembélé, meski tidak diragukan lagi. Memberikan kontribusi besar, ternyata tidak cukup untuk membawa PSG ke level yang lebih tinggi di Liga Champions. Dalam pertandingan-pertandingan krusial, ketidakharmonisan tim dan kurangnya soliditas kolektif menghalangi mereka untuk tampil maksimal. Simak dan ikuti terus informasi sepak bola secara lengkap hanya di liverpooltfc.com.